Aku lapar. Sejak pagi tadi perutku kosong. Hanya air yang sempat masuk. Itupun air di botol yang kutemukan di tepi jalan, kemarin.
Biarlah, sabar. Ini sudah biasa. Setidaknya sejak sadar bahwa aku masih hidup.
Sehari-hari aku hanya menyemir sepatu. Hasilnya hanya cukup untuk makan siang, syukur-syukur kalau berlebih, bisa dapat makan malam. Seperti hari ini, kutapaki jalanan kota, berharap ada yang mau berbaik hati.
Tap!
Aku berhenti. Di depanku ada pemandangan luar biasa, belum pernah kulihat. Seorang ibu sedang membawa sepiring nasi; anaknya sedang menangis. Kenapa dia menangis? Ya Allah, adakah orang yang menangis karena disuruh makan? Sementara aku bisa makan saja sudah sangat beruntung.
plang ting tueng!!
Anak itu mengibaskan tangan ibunya hingga piring terlepar. Lalu, di ibu membawa anaknya masuk. Mereka meninggalkan makanan yang telah tumpah tadi.
Slrups!! Air liurku keluar. Sepotong daging ayam dan sepotong tempe gorong mengundang seleraku. Perutku berontak.
Meauw.. Aduh, ada kucing!
Aku berpacu dengannya, dengan cepat aku mengambil makanan itu. Tapi, tak sampai hati melihat kucing yang terus mengeong itu. Akupun memberikan tempe itu padanya. Senang rasanya bisa berbagi. Aku tersenyum bahagia, Allah masih memberiku kehidupan.
Darussalam, Agustus 2014