Selasa, 26 Juli 2011

Memilih Teman



Bismillahirrahmanirrahim.
Hati-hatilah memilih teman, karena teman bisa membawa ke Surga, tapi bisa juga menjerumuskan kita ke neraka.
buka link berikut:
http://www.suaramedia.com/artikel/kumpulan-artikel/36349-memilih-teman-yang-membawa-ke-surga-vs-mengajak-ke-neraka.html
http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150124257751539

Selasa, 12 Juli 2011

PRASANGKA ITU....

Prasangka buruk sungguh mematikan!

Ya, memang. Saat kita merasa benar, orang lain menganggap kita salah. Orang lain menganggap kita egois, hanya mementingkan diri sendiri. Apalagi saat kita salah, seolah-olah kita tak pernah benar. Munafik! Itulah vonis akhir dari prasangka itu..

QS. Al-An’am:116. Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).

QS. YUNUS: 36. Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.

Sabtu, 02 Juli 2011

MENGGAPAI MENTARI?

MENGGAPAI MENTARI?
Cahaya kemilauan
Di ufuk yang terang
Ku tertegun padanya
Kerlap kerlip bintang
Di angkasa yang benderang
Ingin sekali ku memetiknya
Tapi ku tak kuasa
Ku hanya bisa menatap dengan penuh harap
Nanti kan ada yang jatuh
Tapi itu tak mungkin

ku pandang mentari
bagai tergantung di langit yang biru
daku kagum padanya
sinarnya, sungguh terang
menyusup masuk
ke sela-sela hati yang gundah
ke celah hati yang hampa
harapku bisa duduk bersamanya
tuk rasakan bahagia
tapi ku tak bisa
karna ku takut terbakar olehnya
tapi ku juga tak bisa
menjauh darinya
menghilang dari pandangannya
pancaran sinarnya sungguh tajam
ku tak sanggup melihatnya lekat
bisanya hanya sekilas
itu pun hanya sekejap
dan tak jelas
bagaimana raut wajahnya cemas
bagaimana raut wajahnya bahagia
jika ia senang melihatku tertawa
melihatku bahagia

sang mentari itu kini telah pergi
meninggalkan sejuta mimpi
baik buruknya mimpi
dia tak pahami
dia tak tau ada hati yang tersakiti
namun, dia tak jua pahami
ahh... betapa malang diri ini
yang mengharap sinarnya mentari
ada tuk menemaninya disini
tapi apa daya
dia hanya insan yang tak berdaya
oh..
ku hanya bisa pendam rasa ini
bersama sejuta mimpi
terkubur di lubuk paling dalam hati ini

sebenarnya..
aku tak ingin mengecewakannya
tapi apa daya
semua telah sirna
dia pun kini tiada
kemana ku harus meminta
kata 'maaf' darinya
mungkin perasaannya juga terluka
ahh..
semua serba salah

apakah mungkin?
ku raih mentari di angkasa yang tinggi?
mungkin itu tak bisa untuk ku lagi
tapi ku berharap, semoga ada pengganti
baik bulan atau bintang
ku ingin yang bersinar terang
23 Agustus 2009

PENDEKAR MUDA


PENDEKAR MUDA

“yoyoyo.. bangun bangun bangun! Dalam hitungan kesepuluh semua harus di lapangan dan menggunakan atribut silat lengkap! Satu… dua.. tiga…”
“Afra! Cepat bangun!” “em e e e ya!” “cepat raa!” “ia ia”, Aini membangunkan Afra dari tidurnya, Afra masih sangat mengantuk, karena tidur terlalu lama semalam. Sementara korlap terus saja menghitung dan memberi peringatan kepada semua peserta agar segera berbaris di lapangan. “Lima… ayo cepat-cepat!..” ketika hitungan keenam Afra dan Aini sudah berada di lapangan dan sudah menggunakan atribut lengkap, untungnya mereka tidak mengganti seragam mereka dengan baju tidur semalam jadi tidak perlu takut dihukum. Korlap masih saja terus menghitung, “dalam hitungan kesepuluh semua sudah harus di lapangan dan menggunakan atribut lengkap, ayo cepat!”, Afra benar-benar takut mendengar instruksi korlap, entah itu tegas atau kejam, pikirnya. “sepuluh.! Gak ada lagi yang boleh masuk barisan, yang telat ayo cepat ke depan!”, begitu seterusnya kata-kata itu diucapkan korlap, hingga satu persatu teman-temannya yang terlambat dan tidak menggunakan atribut lengkap berbaris di depan barisannya. “cepat dek!” korlap terus saja tak henti-hentinya ngoceh, Afra jadi semakin takut dan gemetar, terlebih karena angin sangat kencang, sementara Afra tidak menggunakan jaket.
“Kalian semua, mana perlengkapan kalian dek?”
“masih di camp kak!”
“kenapa gak dipake??? Sekarang semua berbaris tiga berbanjar, cepat dek! Lelet kali! Semuanya.. siaaap graak! Hadap serong kanan graak! Kalian tau dek maksudnya apa??”. (semua peserta hanya diam) “jawab dek! Budge kalian ya?”, “nggak kak!”, “kalo nggak kalian tau kana pa maksud kakak?”, “tau kak!”, “apa?” “ambil sikap kak!” “ya, sekarang semua ambil sikap 10 kali dan sit up 10 kali, paham dek?!” “paham kak!”. Korlap masih saja berteriak-teriak dan terus memberi sanksi kepada peserta yang telat serta tidak menggunakan atribut lengkap.
“yang kompak dek! Semua ngitung! Mulai! Satu.. dua… tiga…” teriak mereka serentak.
Sementara yang lain dihukum, Afra dan teman-teman putra putrid yang berjumlah ±85 orang disuruh lari-lari kecil agar suhu tubuh mereka panas, dan tidak kedinginan. “ayo semuanya loncat-loncat dek!” “ya kak!” “sekarang kusuk-kusuk tangannya sampe hangat!”
Korlap terus saja memberi instruksi kepada semua peserta yang tidak telat, hingga rasa dingin yang mereka rasakan hilang.
“sekarang semuanya tutup mata dan gak ada yang bicara. Paham dek!”
“paham kak!”
Satu persatu peserta di bawa ke sebuah tempat dan disana mereka diperbolehkan membuka mata. “dek, sekarang adek jalan dari sini sampai kesana, disana nanti ada tempat-tempat yang harus adek singgahin”. Panitia memberi instruksi itu kepada Afra, Afra semakin takut dan gemetar, tetapi kakak panitia berusaha menenangkan Afra sambil berkata, “adek gak usah takut, adek jalan aja!” “gelap kak!” ucap Afra semakin takut, “adek bisa baca ayat kursi kan? Baca aja itu dek dan lari kesana ya? Ayo mulai lari! Cepat dek!”
Afra terus saja berlari dan mulutnya pun komat-kamit membaca ayat-ayat perlindungan. Di tengah perjalanan Afra terkejut!
“PESILAAAAT!”
Afra semakin takut, bingung mencari-cari asal suara, sesaat kemudian suara itu kembali terdengar, “PESILAAT! Pesilat, pendekar muda tetap semangat”, Afra langsung mengarah ke sumber suara dan dia kembali terkejut ketika seorang panitia berkata, “Ngapain disitu dek? Kamu budge ya? Kamu gak dengar saya teriak-teriak dari tadi disini?” Afra bungkam, tapi orang itu tiba mengatakan, “Karna kamu gak dengar instruksi saya, sekarang kamu ambil sikap dan sit up 20 kali”. Afra mengikuti instruksi itu, kemudian berteriak setelah selesai, “Udah kak!”, “sekarang kamu bangun dan lari ke atas, kalo kamu dengar kata PESILAT, kamu harus jawab ya! Paham?” “paham kak!” “sekarang lari ke atas cepat!” “makasih kak!” (sambil memberi salam IPSI kepada kakak itu yang tergabung menjadi anggota korlap (Koordinator lapangan).
Afra melalui posko-posko dengan lancer, begitupun yang lain. Tapi ketika sampai ke posko terakhir (4) Afra dan seorang teman laki-laki yang ada di belakangnya disuruh merayap di atas aspal.
Afra pun harus mengikuti instruksi itu karena mengingat pasal 1 dan 2 : “panitia gak pernah salah. Kalau panitia salah, kembali ke pasal 1”. Afra terus merayap hingga siku dan lututnya terluka. Afra dan teman yang di belakangnya merayap kurang lebih 5 meter dari posko ke (3). Sesampainya disana, “bangun dek! Sekarang abil sabubnya, silahkan balik badan!”, panitia mengikatkan sabob ke mata Afra, “dah kuat dek?” “udah kak!” “sekarang ikut kakak!”. Afra bingung dengan langkahnya, entah kemana panitia itu membawanya, dia dan teman-temannya hanya disuruh diam di tempat.
Ketika itu Afra sempat memikirkan temannya, Aini, dari tadi ia tidak mendengar sepatah kata pun dari Aini. Mereka terpisah, tetapi suasana semakin terasa senyap tak ada suara, langkah kaki ataupun instruksi yang meledak-ledak. Semua benar-benar senyap. Dan Afra anak bungsu yang berusia 16 tahun ini kembali ketakutan, terlebih karena matanya ditutup, membuat rasa takutnya semakin menjadi-jadi, karena Afra sangat takut kegelapan dan susah berbafas kalau sedang berada di kegelapan. Mulutnya mulai komat kamit membaca ayat, otaknya yang suka berimajinasi dan berhalusinasi mulai memikirkan sesuatu yang aneh dan menyeramkan. Mulutnya terus komat kamit berusaha mengendalikan fikirannya hingga akhirnya ia mulai tenang ketika mendengar kumandang adzan subuh pertama, “Ya Allah, Alhamdulillah..” gumamnya dalam hati. Tanpa sadar Afra menangis memikirkan betapa bodohnya dia yang harus ketakutan, sementara selama ini ia sibuk mengurus urusan dunianya dan tidak terlalu memikirkan akhiratnya, sesaat tadi ia benar-benar merasa kesepian, seperti berada dalam liang lahat. Dia terus saja menangis dan beristighfar untuk mengendalikan dirinya.
Korlap kembali memberi instruksi dan berkata: “kalian semua dengar adzan dek?” “dengar kak!” jawab mereka serempak. Afra kembali menangis, karena menyadari ter nyata dia tidak sedang sendiri di tempat ini. “kalo kalian dengar, gunakan mata hati kalian, dari mana arah suara adzan itu dan menghadaplah kesana! Ingat, semua harus focus, jangan biarkan fikiran kosong. paham dek?” “paham kak!” jawab mereka semangat.
Kemudian suasana kembali senyap. Tapi Afra sudah lebih tenang dan terus mendengarkan suara adzan dengan sungguh hingga selesai dan membaca do’a setelah adzan. Korlap kembali bersuara serta memberikan siraman rohani/renungan suci kepada semua peserta, sehingga membuat mereka menangis, bahkan sampai ada yang hilang control. Hanya Afra dan teman laki-lakinya dari perguruan Mulia Husada Bener Meriah yang tidak menangis, karena kalau mereka menangis, bisa hilang kesadaran dan lupa pada dirinya sendiri, siapa namanya, siapa keluarganya dan lain sebagainya. Afra memang menangis tetapi dia berusaha menetralkan suasana hatinya hingga ia tidak kehilangan control. Ternyata di ujung sana Aini sudah menangis berderu-deru, bukan karena memikirkan dosanya, tetapi karena mengkhawatirkan Afra, dulu ia pernah melihat Afra sampai sakit dan lupa diri, ia benar-benar khawatir pada temannya itu, karena baginya, Afra ibaratkan seorang adik yang harus dijaga olehnya.
Adzan kedua pun sudah kembali terdengar, sementara Aini masih terus menangis, ia semakin khawatir ketika mendengar ada yang kesurupan di sudut sana, Aini terus berdo’a dan berharap semoga itu bukan Afra. Akhirnya renungan suci selesai. Semua peserta dipersilahkan membuka ikatan matanya dan disuruh berkenalan dengan teman yang berada di samping kanan, kiri, depan serta belakang.
“Semuanya boleh duduk dek dan silahkan berkenalan”
Afra mulai berjabat tangan dengan teman di kanan kirinya tanpa melupakan ada hijab di anAfra mereka, Afra menggunakan sabob untuk melapisi tangannya berjabat tangan.
“Afra..” ucapnya kepada teman di kanannya, “dari perguruan Tunas NusanAfra Takengon”.
“Hendra, dari Wali Suci Jagong”
“Afra, dari Tunas NusanAfra” kepada temannya yang dikiri.
“Zakaria, dari Tapak Suci”, jawab laki-laki itu,
Dan begitu seterusnya perkenalannya dengan teman depan dan belakangnya yang semua adalah laki-laki.
Hari semakin terang, semua peserta sudah diizinkan kembali ke camp masing-masing, tetapi tetap saja harus dalam keadaan berbaris dan tak lepas dari suara lantang korlap, “Baris semua dek! Sebelum balik ke camp, kita harus pastikan semua lengkap dan pas 108 orang, sekarang mulai berhitung dari kanan dek!”, “satu!” ucap Afra lantang, dari awal Afra selalu berada di barisan pertama, karena Afra adalah peserta yang paling pendek untuk bagian putrid. Setelah semua selesai berhitung dan jumlahnya pas. Afra dan teman-temannya berlari untuk istirahat di camp, ada yang bertugas membersihkan tenda dan ada yang masak, sementara yang laki-laki shalat subuh berjama’ah. Begitupun Afra, pagi ini dia tidak mendapat tugas apa pun, bagiannya sudah kemarin sore, maka Afra, Aini dan beberapa teman-temannya dari perguruan lain pergi ke Mushola untuk shalat subuh.
Selesai shalat, Afra dan yang lain mencuri waktu untuk tidur sebentar karena meraka benar-benar mengantuk gara-gara mengikuti serangkaian kegiatan api unggun semalam. Agaknya mereka hanya bisa istirahat sebentar tadi malam, karena sebelum adzan pertama sudah dibangunkan dan hari masih sangat gelap. Tapi tanpa terasa, terbersit rasa bahagia di hati Afra, karena akhirnya dia bisa juga melihat wajah Aini yang dari tadi terus mengkhawatirkan dirinya.
Aini : ra, tadi nangis gak?
Afra : nangis, tapi gak parah kali, kalau Aini?
Darsih : kalau dia bukan pun nangis lagi namanya tu ra, lihat aja matanya udah kembung gitu!
Ummik : iya tu, aku aja sampe pusing
Darsih : tapi heran, Afra kok bisa gak nangis?
Afra : emang Afra gak bisa nangis
Aini : kalau Afra nangis, dia bisa gak bangun-bangun sampe besok sih!
Ummik : apa iya? Masa’ bisa gitu?
Afra hanya tersenyum dan takn menjawab pertanyaan ummik teman barunya dari perguruan Wali Suci Jagong yang kebetulan orang jawa, begitupun Darsih.
Afra : tapi, semoga gak ada lagi penyiksaan kayak gini. Lihat ni, apa siku Afra jadi luka tadi gara-gara merayap.
Aini : neh, aku ni lihat jek, biru langsung. Kaos ku pun sobek jadinya.
Dewi : kak, kenapa kakak berdua pake kaos kaki?
Afra tertawa mendengarnya dan menjawab: “karena kaki itu bagian dari aurat perempuan dek.”
Dewi : ijoh, alem di kam kak geh?
Afra : wih.. Alhamdulillah.. adik pun harus tau tentang aurat dek..
Dewi : ya kak,
Aini pun ikut tertawa melihat ekspresi wajah Afra.
Ketika mereka sibuk berbincang-bincang, teman-teman petugas masak pagi ini jauh lebih sibuk, terutama yang dari perguruan Afra. Mereka kehabisan minyak lampu dan jadinya gak bisa masak. Tapi, Afra di kreatif gak khawatir. Ketika Afra dan Aini datang, mereka langsung memerintahkan ketua kelompoknya mencari batu besar, dan dalam sekejap semua dapat ditemukan, karena tempat yang mereka tempati bernama Atu Tamun (Batu Bertumpuk), jadi bisa dengan mudah mendapatkan batu-batu besar itu,, he.. Aini juga memerintahkan anak laki-laki yang lain mencari ranting-ranting kayu kering. Sementara, Afra mulai menyusun batu itu seperti yang pernah diajarkan ibunya waktu kecil dan meminta sandal karet bekas (swallow) ke kerambah di dekat mereka, kemudian membakarnya hingga akhirnya mereka kembali bisa masak.
Tetapi, penderitaan masih belum berakhir, setalah semua selesai memasak korlap memberi instruksi kepada semua peserta untuk membawa makanannya ke lapangan serta membentuk lingkaran besar.
“dek, gak boleh ada yang makan duluan! Sekarang kakak mau nanyak, mau makan pake tangan atau sendok? Yang mau pake sendok tunjuk langit, satu, dua, tiga, lima, dua puluh…” hitung korlap ringkas. “yang pake tangan!? 1, 2, 3, 4, 11, 80.. semuanya! Nah, dek, karena kebanyakan yang mau pake tangan, jadi semua harus pake tangan, setuju?” “setuju kak!” “ada yang gak setujua? Kalo ada gak setuju silahkan keluar dari lingkaran!”. Tak ada satu pun yang mau bangun, karena semua tentu sangat lapar, karena dari tadi belum sempat menyentuh makanan apapun.
“satu orang ayo pimpin do’a!” ucap korlap lantang.
“yang mimpin do’a kakak kasih hadiah” lanjutnya.
Mendengar iming-iming itu wahyu seorang siswa SMA dari perguruan Wali Suci bangun dan memimpin do’a makan. Setelah selesai salah seorang teman wahyu berteriak, “hadiahnya kak??!” “o iya, kakak lupa” jawab korlap. “em, gak ke udah kakak kasih tadi dek? Ya kan wahyu?”. Wahyu hanya bungkam.
“tadi kan udah kakak kasih hadiahnya pembesar suara?”
Wahyu masih saja belum paham, sementara peserta yang lain sudah tertawa terbahak-bahak mendengar itu semua.
“em! Tenang.. tenang.. teman-teman semua, bukan hadiahnya yang aku pengen, karena gak pake alat itu pun suaraku udah besar. Yang penting itu hadiah pahala dari Allah.” Ujar wahyu bersahaja.
Korlap dan yang lain berseru dan bertepuk tangan.
“ya ya ya, udah..udah.. jadi dek, sebelum kita makan, panitia punya permainan. Permainannya: setiap satu suap piringnya digeser ke kanan, paham dek?” “paham kak!” “ada yang gak setuju dek?” semua menjawab serempak “enggaaak kak!” “mantap!” lanjut korlap. “kita mulai ya dek. Dalam hitungan ketiga ambil satu suap lalu geser sampe semua habis ya dek?” “ya kak!” “siap?” “siap kak!” “satu… dua… tiga!”
Satu suap dek, geser!
Dua suap dek, geser!
3 suap dek, geser!
Begitu seterusnya sampai selesai, tapi, bukan itu masalahnya, masalahnya adalah, banyak di anAfra teman-teman yang membuat makanan asal-asalan. Ada yang nasinya mentah, sayurnya mentah, bahkan yang lebih parahnya, menu makanan mentah itu berada dalam piring yang paling besar yang sudah sampai 5 kali keliling pun belum juga habis.
Tapi akhirnya penderitaan itu selesai dan timbul satu penderitaan yang lebih besar lagi. Ya, itu, berenang di dalam danau yang cukup dalam, bagi sebagian peserta ini mudah, tetapi tidak untuk Afra, karena Afra tidak bisa berenang. Bisa sich, tapi Afra tidak bisa berenang sejauh dan sedalam itu. Jantung Afra sudah mulai berdetak kencang, sangat kencang hingga tak terkontrol, rasanya Afra ingin lari dari sana, tapi apa boleh buat, ia dan yang lain sudah janji tadi pagi akan mencintai tanah air dan mengiyakan kata Pembina perguruan, yaitu :
“lautan akan ku sebrangi,
Gunung akan kudaki,
Tanah akan kucintai,
Dan lingkungan akan kulindungi.”
Sehingga mereka harus berenang diperairan yang dalam, mendaki gunung untuk menanam pohon, mencium tanah untuk bukti cinta dan mengutip sampah untuk melindungi lingkungan.
Tak terasa dari berenang di pagi buta hingga berjemur menanam pohon di bawah terik matahari, jam akhirnya menunjukkan pukul 12:30, semua peserta diperintahkan untuk istirahat dan shalat. Setelah itu diperintahkan membereskan barang untuk bersiap-siap pulang.
Setelah semua selesai, peserta dibariskan lagi di lapangan untuk mengikuti upacara penutupan perkemahan pemuda pencak silat Indonesia, yang diberik yel-yel. PESILAT! Pendekar muda tetap semangat!
Hari ini acara penutupan berjalan dengan haru dan keceriaan, haru ketika ketua umum mengatakan rasa bangganya kepada semua calon pesilat pendekar muda Indonesia dan ceria ketika tiba waktu salam-salaman yang diiringi dengan tingkah kocak pesilat putra.
Di dalam hati Afra sangat senang bisa mengikuti acara ini, karena ia bisa menjadi berani dan semangat pendekar mudanya semakin berapi-api karena ia benar-benar bisa menjadi pesilat nasional seperti kakak-kakak letingnya. Ia benar-benar ingin menjadi PENDEKAR MUDA INDONESIA. Berkorban demi Negara yang tercinta, semangat! Maju terus pencak silat Indonesia, maju pendekar muda! (soraknya dalam hati).
Kegiatan perkemahan ini pun diakhiri dengan tos bersama diselingi sorakan penuh semangat dari semua perguruan yang mengikuti acara ini dalam rangka meningkatkan silaturrahmi antar pesilat Indonesia.
BANGKIT PERSILATAN INDONESIA! HAAAAaaaaTT!
Ketika acara usai, Afra teringat dengan kisah sebelum berangkat ke lokasi yang penuh cobaan. Afra dipercayakan membawa kompor dan dandang yang seharusnya di antar jam 11:30 serta mereka menyusul jam 14:30 tetapi tiba-tiba saja Pembina Afra mengatakan semua pesilat harus ada di lokasi tepat jam 12:00 itu semua membuat Afra kesal, bukan karena barang-barangnya yang belum siap, karena Afra sudah membereskannya dari kemarin, tetapi Aini teman satu sekolahnya belum belanja peralatan-peralatan yang harus dibawa. Tapi Afra tentu ingin on time, begitupun Aini. Akhirnya, tanpa pikir panjang, mereka langsung pulang dan mengambil barang ke rumah masing-masing, kemudian janjian ketemu di pasar untuk membeli semua peralatan. Selesainya langsung ke lokasi bersama teman-teman Tunas NusanAfra yang berjumlah 16 orang.
Tetapi, karena acara perkemahan sudah usai, rasanya tak perlu lagi mengingat kejadian buruk itu, termasuk ketika mereka harus lari di atas batu kerikil untuk memindahkan alat masak ke bawah dekat dengan danau. Ughh, sangat mengesalkan mengingatnya.
Semua peserta sudah mulai pulang dan berlalu dari lokasi kegiatan, begitupun dengan Afra dan teman-teman Tunas, yang memilih langsung pulang karena harus ke sekolah lagi besok, di jalan mereka bersorak,
PESILAT! PENDEKAR MUDA TETAP SEMANGAT! YOOOO….
BY: Cahaya, Takengon

pesan

PESAN
Yang INDAH jadikanlah hiasan;
Yang SUDAH jadikanlah kenangan;
Yang SALAH jadikanlah pelajaran;
Tak mudah mencari yang hilang;
Tak mudah mengejar impian;
Tapi jauh lebih susah mempertahankan apa yang kita miliki;
Memang yang dieram akan menetas;
Tapi yang digenggam bias terlepas;
Jika kita tak dapat memiliki apa yang kita sukai;
Maka sukailah apa yang kita miliki ;
Walaupun hanya sebatas SAHABAT!

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Masthoms16 | Macys Printable Coupons