HUKUM KARMA
Saya tidak
percaya pada hukum karma. Hingga pada suatu ketika saya menemukan sebuah
kalimat : kama tadiinu tudaanu, sebagaimana kamu berbuat, begitulah yang
kau dapat. Atau dalam ibarat lain : al-jaza’u min jinsin ‘amal, balasan
itu sesuai dengan perbuatan. Serta masih banyak lagi ternyata kalimat-kalimat
syar’i yang menunjukkan adanya hal tersebut. Hukum karma ternyata adalah sebuah
istilah yang mana isinya sama seperti yang dipahami Islam: kama tadiinu tudaan.
Bisa saja,
balasan dari suatu perbuatan tidak menimpa pelakunya. Tetapi menimpa orang
terdekatnya, keluarganya. Banyak sekali kisah-kisah nyata yang telah membuktikan.
Baik itu balasan dari perbuatan baik, dan tidak sedikit dari balasan perbuatan
buruk.
{ مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ثُمَّ
إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ}
“Barang
siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka itu adalah untuk dirinya sendiri,
dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri,
kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Jatsiyah [45]: 15)
Imam
asy-Syafi’i rahimahullah berkata dalam sya’irnya :
“Jagalah
harga dirimu! Niscaya para wanitamu akan menjaga harga dirinya.
Dan
jauhilah hal-hal yang tak layak bagi seorang muslim.
Sesungguhnya
zina adalah hutang.
Jika
kau telah berhutang, maka ketahuilah, bisa saja bayarannya terjadi pada
keluargamu!”
Berikut kami mengutip tentang masalah
zina dari risalah Ibnul Qayyim –rahimahullah- berjudul : La
Taqrabuz zina!
Al-Imam Ahmad rahimahullah berkata
: “Aku tidak mengetahui sebuah dosa – setelah dosa membunuh jiwa –yang lebih
besar dari dosa zina.”
Hal ini ditunjukkan dalam firman Allah Ta’ala,
“Dan orang orang yang tidak
menyembah Tuhan lain beserta Allah (Syirik) dan tidak membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya ) kecuali dengan ( alasan ) yang benar,
dan tidak berzina. Barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia
mendapat ( pembalasan ) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan adzab untuknya
pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam kaedaan terhina
kecuali orang orang yang bertaubat.” ( QS. Al Furqon: 68 –70 ).
Dalam ayat tersebut, Allah Subhanahu
wa Ta’ala menggandengkan zina dengan syirik dan membunuh jiwa, dan vonis
hukumannya adalah kekal dalam azab yang berat yang dilipat gandakan, selama
pelakunya tidak menetralisir hal tersebut dengan cara bertaubat, beriman dan
beramal shaleh.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Dan janganlah kamu mendekati zina,
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji ( fahisyah ) dan suatu
jalan yang buruk.” (QS. Al Isra’:32).
Di sini Allah Subhanahu wa Ta’ala
menjelaskan tentang kejinya zina, karena kata “fahisyah” maknanya adalah
perbuatan keji atau kotor yang sudah mencapai tingkat yang tinggi dan diakui
kekejiannya oleh setiap orang yang berakal, bahkan oleh sebagian banyak
binatang.
Sebagaimana disebutkan oleh Imam
Bukhori dalam kitab shohihnya, dari Ami bin Maimun Al-Audi, ia berkata : “Aku
pernah melihat – pada masa jahiliyah – seekor kera jantan yang berzina dengan
seekor kera betina, lalu datanglah kawanan kera mengerumuni mereka berdua dan
melempari keduanya sampai mati.”
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala
juga memberitahukan bahwa zina adalah seburuk-buruk jalan, karena merupakan
jalan kebinasaan, kehancuran dan kehinaan di dunia, siksaan dan azab di
akhirat. (akhir kutipan)
Suatu hari, datang seorang pemuda kepada
Rasulullah s, meminta izin untuk berzina. Maka Rasul s pun menasehatinya dengan bertanya, “Apakah kau suka jika ibumu
dizinahi orang lain? Apakah kau suka saudara perempuanmu dizinahi orang? ..”
begitu seterusnya Rasulullah s
menyebutkan saudara perempuan terdekatnya. Setiap kali Rasulullah s bertanya pemuda itu selalu menjawab tegas, “Tidak!”. Di akhir
pembicaraan Rasulullah s memegang dada pemuda tersebut lalu
berdo’a agar Allah menjadikan zina sebagai yang paling dia benci. Begitulah
akhirnya zina menjadi hal yang sangat dia benci.
“Janganlah memandang kecil kesalahan (dosa)
tetapi pandanglah kepada siapa yang kamu durhakai.” (HR. Aththusi)
##
0 comments:
Posting Komentar