Jumat, 11 Oktober 2013

Untuk Para Guru

CATATAN SEORANG MURID

Guru, melangkah tegap berbusung dada tak elok. Juga merunduk badan tak sepadan. Bertutur lancang telinga tak terima. Hati miris bila terluka. Kesalahan tentu ada, setiap orang di dunia. Namun maaf adalah keindahan tak terhingga, yang ditunggu oleh yang ber- salah. Getir memang hati guru, melihat tingkah laku keseharian kami.
Namun, guruku tersayang ada sepikul keinginan kami untuk memelukmu.
Guru, sebenarnya kami ini buta, kami tuli, kami bisu. Gelap dunia ini tanpa ilmu yang kau bagikan pada kami. Begitupun, masih saja kami pungkiri, itu karena kami bodoh wahai guru.
Guru, kami ingin menjadi baik, seperti yang engkau harap, namun kami belum sadar wahai guru. Kadangkala terbersit keinginan bodoh dan gila dalam pikiran kami. Kadang terlepas ucapan tak senonoh tanpa kendali. Itu semua karena ketidaksadaran kami.
Untuk itu maafkanlah kami wahai guru.
Ada hal yang ingin kami sampaikan wahai guru, kejengkelan dan kekesalan guru
akan terbayar jika shabar. Keletihan dan kepenatan kami harap jadi pelajaran.
Ini adalah keluhan kami yang slalu mengeluh:
“kami adalah benih yang diharapkan tumbuh di padang tandus, namun saat kami tumbuh, mengapa kami diinjak-injak?
Kami adalah burung yang ingin terbang dan berkicau di alam luas. Tapi, kenapa kami dikurung?
Kami adalah sapi yang diinginkan banyak susunya.
Tapi, kenapa tak diberikan pakan. Kami hanya dikurung dalam kandang kumuh.
Dengarkanlah hati kami, menjerit tanpa suara.”

Guruku tersayang, pesan kami, jadilah guru terbaik dunia akhirat. Ikhlas slalu dalam berbuat. Allah dan ummat jadi prioritas utama, demi kemaslahatan.
TERIMA KASIH GURUKU, semoga apa yang engkau lakukan diberkati oleh Allah SWT. Amiin.
“Terima kasih guruku!” ucapan singkat namun sulit diucapkan. Aku malu saat ada seorang guru yang berkata, “guru itu tidak minta apa-apa, dia hanya ingin dihargai.” Tam! Tak berkutik aku, seolah sebuah tamparan keras mengenai wajahku. Aku sadar sudah lupa pada guru. Catatan kecil ini aku persembahkan untuk guruku tercinta, semoga menjadi kenangan indah dariku, muridmu.
Guru, seiring rentang waktu menapaki sejarah, engkau telah buktikan cinta nan tulus kepada kami. Mencari untuk memberi. Berteriak demi nasehat. Marah untuk kebaikan kami.
Hari-hari berlalu tanpa kami sadari, dalam ketidak mengertian kami engkau sabar
menghadapinya. Dalam kegalauan hati dan pikiran kami engkau menuntunnya.
Guru, tingkah kami tak ubahnya seperti binatang liar. Hidup sesuka hati tak menentu. Bertindak seolah sudah tahu. Berkata seolah di atas awan. Berjalan seolah raja. Berlari seperti kucing ketakutan. Bersembunyi seperti tikus berbau busuk.

Catatan seorang murid. Dipersembahkan kepada guruku di SMKN 3 Takengon pada peringatan “Hari Guru” nopember 2010.


0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Masthoms16 | Macys Printable Coupons