Ahmad & Al-Qur’an
Alkisah ada seorang anak yang bernama Ahmad. Ahmad adalah
anak baik dan patuh pada orangtua. Dia juga anak yang rajin belajar dan membaca
Al-Qur’an. Tapi dulu Ahmad hanya sering bermain. Jarang belajar.
“Kapan si Ahmad mulai suka belajar?” tanya bu Aisyah suatu
hari. Bu Aisyah adalah guru favorit Ahmad. Bu Aisyah adalah wanita yang baik,
shalehah dan cantik. Beliau selalu memberi motivasi untuk murid-muridnya.
Termasuk Ahmad.
“Kok bu guru tanya begitu?” Ahmad balik bertanya. Kini Ahmad
di bangku kelas 3 Sekolah Dasar. Dia itu bintang di kelasnya.
“Ibu mau tahu aja. Mungkin bisa diceritakan ke kawan-kawan
yang lain. Biar jadi motivasi juga.” Jawab bu Aisyah sambil tersenyum tanda
sayang.
Ahmad maju ke depan. Dia merapikan baju putihnya. Dia pun
mulai bercerita.
“Dulu sewaktu masih kelas satu. Saya sangat malas belajar.
Apalagi membaca Al-Qur’an. Ibuku selalu ngajarin saya mengaji, padahal
saya gak suka.” Ahmad berhenti sejenak. Dia sedikit bergeser ke kiri.
“Saya pengen-nya main melulu. Loncat sana loncat sini.
Main petak umpet dengan kawan-kawan. Hingga suatu hari ibuku berkata padaku.”
Ahmad tidak melanjutkan ceritanya. Dia terlihat menunduk. Berusaha mengenang
masa itu. “Hiks..hiks..” Air matanya menetes penuh haru.
“Ibuku bilang, Ahmad, kamu akan jadi orang besar nak. Orang
besar itu selalu belajar. Kamu harus jadi penghafal Al-Qur’an. Biar bisa do’ain
ibu.” Lanjut Ahmad sambil mengusap air matanya.
“Mulai hari itu saya menjadi rajin belajar, rajin mengaji dan
membantu Ibu. Sekian dulu cerita saya kawan-kawan. Semoga bisa jadi pelajaran.
Ternyata ibu kita di rumah sangat mencintai kita. Ibu kita ingin melihat
anaknya sukses. Terimakasih” tutup Ahmad. Lalu dia melangkah kembali ke
bangkunya.
Bu Aisyah mendekati Ahmad. Beliau mengusap kepalanya.
“Terimakasih Ahmad. Ceritamu bagus! Ayo anak-anak kita bertakbir memberi
semangat untuk Ahmad! Allahu Akbar!!”
“ALLAHU AKBAR!!!” teriak semua murid serempak. Membuat kelas
hari itu bergetar karena gema suaranya. Teriakan yang membakar semangat
siapapun yang mendengarnya.
***
Sepulang sekolah, Ahmad langsung
pulang ke rumah. Dia mengetuk pintu dan mengucapkan salam.
“Assalamu’alaikum, ummi?” Ahmad
memanggil ibunya. Ahmad lebih suka memanggil ibunya dengan sebutan ‘Ummi’. Ibu
Ahmad adalah wanita luar biasa. Beliau sangat telaten dalam mendidik
anak-anaknya.
“Wa’alaikumussalam wa rahmatullah,
anak ibu sudah pulang!” Satu kecupan hangat mendarat di dahi Ahmad. Ahmad memejamkan
matanya tanda hatinya senang.
Ahmad segera membersihkan diri. Dia
bersiap-siap untuk shalat dhuhur berjama’ah di masjid. Sekolah Ahmad sengaja
membuat jadwal pulang sekolah lebih awal. Menyesuaikan dengan jadwal shalat.
Jadi anak-anak bisa shalat tepat waktu.
Selesai berwudu’ dan memakai baju
koko, Ahmad keluar rumah. Sambil melangkahi pintu dia mengucapkan,
“Bismillahirrahmanirrahim.” Di tengah jalan menuju masjid yang tidak terlalu
jauh, Ahmad berjumpa dengan Ibrahim, teman sekelas dan teman mengajinya.
“Assalamu’alaikum Ibrahim” sapa Ahmad
sambil tersenyum.
“Wa’alaikumussalam wa rahmatullah, eh
Ahmad. Mana si Yusuf?” balas Ibrahim sambil bertanya tentang Yusuf, teman dekat
mereka juga.
“Gak tahu tuh, Ibrahim. Apa dia
sakit? Nanti coba kita kunjungi ya.” Jawab Ahmad yang terus melangkah ke
masjid.
“Iya, nanti kita pergi sama-sama ya!”
“Yups.. Udah adzan. Ayo cepat!” kata
Ahmad.
Sesampainya di masjid, mereka
mendapati jama’ah shalat sudah ramai. Ahmad dan Ibrahim mencari tempat kosong
untuk duduk. Tapi sebelum duduk mereka shalat dulu dua raka’at. Bu guru bilang
namanya shalat tahyatul masjid.
Selain Ahmad, Ibrahim dan Yusuf,
banyak juga anak yang lainnya shalat di masjid. Mereka membuat shaf shalat
sendiri di belakang orang dewasa. Semuanya shalat dengan tertib. Hingga shalat
selesai tidak ada satu orang pun yang ribut.
Selesai shalat Ahmad dan Ibrahim
pulang ke rumah masing. Mereka akan bertemu setelah makan siang untuk pergi ke
rumah Yusuf.
***
Ahmad dan Ibrahim akhirnya sampai di
rumah Yusuf.
“Assalamu’alaikum” ucap mereka
serempak sambil mengetuk pintu.
Dari balik pintu keluar seorang
wanita setengah baya. Bu Aminah namanya. Beliau adalah ibu Yusuf.
“Wa’alaikumussalam wa rahmatullah..
Ahmad..Ibrahim.. Ayo masuk!!” jawab ibu Yusuf sambil tersenyum dan
mempersilakan mereka masuk.
“Yusufnya ada bu?” tanya Ahmad saat
melangkah masuk ke rumah.
“Ada di dalam. Dia lagi kurang
enak badan. Yusuf!! Kawanmu datang
nak!!” kata ibu Yusuf.
“Oh, Ahmad dan Ibrahim. Senang kalian
mau datang kesini” kata yusuf tersenyum kecut. Dia sedang demam. Badannya
panas. Dari hidung dan matanya keluar cairan.
“Semoga cepat sembuh ya Yusuf. Biar
kita bisa main bersama lagi. Mengaji dan bersama lagi” kata Ibrahim menghibur
Yusuf.
“Semoga cepat sembuh ya Yusuf.
Shabar! Ini cuma demam kok. Insya Allah gak lama lagi sudah sembuh.
Banyak minum dan makan buah ya. Kata ibuku dengan begitu bisa nurunin
panas.” Kata Ahmad juga ikut menghibur.
“Aku senang sekali melihat kalian.
Aku ingin cepat sembuh juga. Semoga bisa bermain lagi bersama kalian” kata
Yusuf lagi sambil tersenyum.
“Baiklah Yusuf. Istirahat yang banyak
ya. Jangan lupa berdo’a sama Allah. Kami pamit dulu” kata Ibrahim juga mewakili
Ahmad.
“Kami pamit juga bu,
Assalamu’alaikum” kata Ahmad dan Ibrahim.
***
Beberapa hari kemudian. Di halaman SD
Harapan Umat terlihat anak-anak sedang bermain dengan riangnya. Di antara
mereka ada Ahmad, Ibrahim dan Yusuf. Yusuf sudah sehat sekarang. Mereka bisa
belajar, bermain dan mengaji bersama lagi.
Sambil duduk beristirahat. Ahmad
melihat teman-temannya. Dalam hati dia berdo’a. “Ya Allah. Jadikanlah kami
anak-anak yang shaleh, yang berbakti pada kedua orangtua. Ya Allah, masukkanlah
kami ke dalam surga-Mu bersama orangtua kami. Amiin”