Senin, 25 Januari 2016

Solusi Membangun Peradaban



PENDIDIKAN SYAR’I DAN PERADABAN ISLAM
Tidak akan pernah jaya umat ini, kecuali dengan sebab apa generasi awalnya bisa jaya.” Begitulah ungkapan Imam Malik –rahimahullah- yang telah kita kenal. Generasi awal umat Islam mengalami lompatan yang sangat besar sepanjang sejarah peradaban manusia, mereka menaklukkan banyak negeri, ditakuti oleh musuh dan disegani oleh kawan. Ketika itu ilmu yang tersebar masih dekat dengan sumbernya, kesejahteraan merata di setiap jengkal tanah kaum muslimin. Sebagaimana kita ketahui bersama, generasi awal ini, yaitu para shahabat f bersama Rasulullah smampu menguasai seluruh jazirah Arab dalam kurun waktu kurang dari 11 tahun. Hal ini tidak terjadi begitu saja, namun memiliki proses yang panjang. Jika kita merunut sejarah, kita dapati bahwa para shahabat sebenarnya hanyalah manusia biasa seperti kita, hingga mereka masuk Islam yang menyebabkan mereka mulia. Pada masa awal kenabian hanya sedikit orang yang masuk Islam, kurang dari 20 orang. Ini terus begitu hingga masa kenabian memasuki tahun ke-4. Baru kemudian di saat Umar bin Khaththab d masuk Islam, Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk melakukan dakwah secara terang-terangan.
Meskipun dakwah secara terang-terangan telah digulirkan, namun Rasulullah berusaha untuk tidak melakukan konfrontatif dengan kafir Quraisy terlebih dahulu. Fokus beliau pada fase tersebut ialah penyelamatan dan pembinaan. Penyelamatan individu-individu yang berpotensi untuk menerima Islam dan pembinaan bagi yang telah masuk Islam. Maka kita mengenal ‘Dar al-Arqam’, tempat dimana Rasulullah membina para shahabat selama fase Makkah. Nah, dari sinilah titik tolak kegemilangan generasi shahabat.
Pendidikan yang diberikan oleh Rasulullah tidak hanya dirasakan oleh lelaki dari kalangan shahabat, tetapi semua shahabat merasakan pendidikan tersebut, baik itu wanita, pria, muda, tua bahkan anak-anak.
Dari pendidikan ini lahirlah pribadi-pribadi unggul yang Allah sendiri memuji dan meridhai mereka. Nama mereka tetap hidup meskipun jasad mereka telah terkubur. Kita mengenal Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Ibn Umar, Ibnu Mas’ud, Usamah bin Zaid dan yang lainnya mereka semua termasuk ulama dari kalangan shahabat f.
Dan di antara mereka juga ada yang menjadi duta Islam, misalnya Mush’ab bin Umair dyang diutus ke Madinah sebelum hijrahnya Rasulullah s. Mu’adz bin Jabal d, penghulu para ulama, yang dikirim ke Yaman untuk berdakwah kepada ahli kitab sebelum wafatnya Rasulullah. Ja’far bin Abi Thalibdyang dikirim ke Habasyah sebagai Juru Bicara kaum muslimin yang berhijrah kesana. Kita juga mengenal sosok pemberani, yaitu Rib’i bin Amir d, yang datang seorang diri menghadap Raja Kisra ketika itu, Rustum, yang merupakan salah satu dari dua negara superpower kala itu (superpower yang lainnya ialah Romawi). Rib’i bin Amir dengan tegas mengatakan suatu ungkapan yang sangat fenomenal: “Kami adalah kaum yang Allah utus kepada manusia, untuk mengeluarkan manusia dari peribadatan sesama manusia, kepada peribadatan Rabbnya manusia, dari sempitnya dunia, kepada keluasan dunia dan akhirat, dari kehinaan banyak agama, kepada kemuliaan Islam.”
Hal itu semua terjadi (dengan izin Allah) karena baiknya pendidikan (tarbiyah) Rasul terhadap para shahabat, ditambah dengan semangat mereka untuk mengaplikasikan setiap satuan ilmu yang mereka dapatkan dari pendidik (Murabbi) mereka, yaitu Rasulullah s.
Kenapa harus pendidikan syar’i?
Sekilas di atas kita membicarakan tentang bagaimana kegemilangan para shahabat bisa terwujud dengan baiknya pendidikan Rasul terhadap mereka. Kemudian kita bertanya, kenapa harus pendidikan? Atau lengkapnya kenapa harus pendidikan Syar’i?
Allah Ta’ala menciptakan Jin dan Manusia dengan satu tujuan yang agung, yaitu peribadatan hanya pada-Nya. Untuk tujuan tersebut Allah tidak membiarkan hamba-Nya berbuat dan beribadah sekehendaknya, tetapi Allah mengutus rasl-rasul serta menurunkan kitab-kitab, agar manusia tetap di jalan kebenaran yang telah Allah gariskan. Rasul terakhir adalah Muhammad s, kitab terakhir adalah Al-Qur’an, serta risalah terakhir adalah Islam yang menyempurnakan syari’at rasul-rasul sebelumnya, tidak ada lagi tambahan, tidak ada lagi nabi dan rasul setelahnya.
Para rasul –shalawatullah ‘alaihim wa salamuhu- dalam menyampaikan dakwahnya apakah dengan kata-kata yang kosong? Tentu jawabannya ‘Tidak’. Mereka menyampaikan semua itu di atas ilmu dan penjelasan yang nyata.
Maka jika suatu umat menempuh jalan ini, yaitu jalan ilmu, mereka akan mengalami kemajuan yang luar biasa dan peradaban mereka berpengaruh serta bertahan lama. Maju mundurnya suatu peradaban ditentukan oleh sejauh mana suatu umat itu menghargai ilmu pengetahuan. Demikian juga dengan umat Islam, mereka mampu bertahan hingga sekitar 13 abad lamanya, karena mereka masih berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber seluruh gerak tingkah laku mereka dalam segala hal, termasuk dalam hal keilmuan. Berdasarkan kedua pedoman itulah ilmu syar’i dipelajari. Di saat umat Islam menjauh dari keduanya, sibuk dengan ilmu-ilmu filsafat dan ilmu-ilmu yang tidak bermanfaat lainnya, mulailah bencana kemunduran itu terjadi. Hingga runtuhnya kekhalifahan terakhir, yaitu Khilafah Turki Utsmani pada tahun 1923 M.
Sejak hari itu panji Islam terburai dan wajah Islam kian memburam. Sejak hari itu terjadi penjajahan di negeri-negeri kaum muslimin, yang menyebabkan mereka mundur dalam berbagai segi, baik segi ekonomi, politik, militer dan pengetahuan.
Hari ini kondisi umat Islam sangat menyedihkan, kebanyakan mereka ditimpa oleh musibah kebodohan dan kelaparan, jauh dari agama, terjadi perselisihan antar mereka dan permasalahan lainnya yang begitu kompleks. Semua permasalahan di atas sebab utamanya (sebagaimana yang telah kita sebutkan) ialah menjauhnya umat dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dengan begitu, solusi paling tepat agar umat ini kembali jaya dan memiliki peradaban yang gemilang adalah dengan kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan pendidikan syar’i merupakan sarana utama untuk melaksanakan solusi tersebut.
Hal ini telah diisyaratkan oleh Rasulullah sdi dalam sebuah hadits, bahwa jika umat ini berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, mereka tidak akan pernah tersesat selama-lamanya. Keduanya adalah pusaka Rasulullah. Pada hadits yang lain beliau juga menyebutkan bahwa sesungguhnya Allah Ta’ala mengangkat derajat suatu kaum dengan Al-Qur’an dan dengannya merendahkan kaum yang lain (HR. Muslim). Jika suatu kaum berpegang teguh dan beramal dengan Al-Qur’an maka derajatnya akan ditinggikan. Sebaliknya, bila suatu kaum menyelisihi dan meninggalkan Al-Qur’an, derajatnya akan direndahkan, di dunia dan di akhirat.
Pendidikan syar’i merupakan pendidikan yang paling sempurna, karena di dalamnya diterapkan metode pendidikan Rasul. Oleh karena itu, jika kita temukan suatu pendidikan syar’i yang tidak mencontoh pendidikan Rasul, maka pendidikan tersebut bukanlah pendidikan syar’i.
Pendidikan syar’i juga merupakan pendidikan yang ideal, yang memiliki 3 karakter utama, yaitu syamil (menyeluruh), mutakamil (sempurna) dan istimrar (berkelanjutan). Pendidikan yang sesuai dengan fitrah manusia dan merupakan pendidikan terbaik sepanjang sejarah manusia, hal ini telah terbukti dengan jelas dan juga diakui oleh pakar pendidikan hari ini.
Pendidikan yang baik yaitu pendidikan yang mencakup seluruh aspek yang menunjang keberhasilan pendidikan tersebut, keseimbangan antara teori dan praktek, antara jasmani dan rohani, dan antara dunia dan akhirat. Islam sebagai satu-satunya agama yang benar telah meletakkan dasar ini, lihatlah bagaimana Islam mengiringkan iman dengan amal shaleh, konsekuensinya adalah seseorang yang mengaku beriman dituntut untuk beramal shaleh, karena beriman saja tanpa diikuti dengan aksi konkrit (amal shaleh) maka iman itu tidak berguna. Begitu juga sebaliknya seseorang yang banyak melakukan amalan namun tidak didasari dengan keimanan yang benar, maka amalannya hanyalah kesia-siaan.
Tujuan (Hadaf) dari Pendidikan dalam Islam
Hakikatnya, pendidikan syar’i ditujukan untuk melahirkan generasi-generasi pemenang yang memiliki jiwa, sifat dan kepribadian yang agung. Kegiatan belajar sepenuhnya adalah pekerjaan untuk menempa jiwa sehingga bisa menjadikan seseorang itu mulia di dunia dan di akhirat. Allah –Subhanahu wa ta’ala- mengisyaratkan di dalam Kitab-Nya yang mulia tentang tujuan dari pendidikan, yaitu pembersihan jiwa, misalnya di dalam surat Al-Jumu’ah ayat 2 : “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,”
Di dalam surat ‘Abasa ayat 1-10 Allah juga menyebutkan secara tersirat dua tujuan pendidikan, yaitu penyucian diri dari syirik, bid’ah dan maksiat serta perasaan takut kepada Allah (Khasyyatullah).
Solusi praktis untuk hari ini
Ilmu syar’i merupakan ilmu yang pertama sekali harus dituntut dan dipelajari, karena setiap langkah kaki, desah nafas dan detak jantung kita tidak pernah terlepas dari yang namanya syari’at, baik itu Aqidah, Ibadah, Akhlaq maupun Mu’amalah. Para ulama menjelaskan bahwa jika Al-Qur’an dan As-Sunnah menyebutkan kata ‘ilmu’ secara mutlak tanpa disandarkan kepada yang lain, maka maksudnya ialah ilmu Syar’i, karena tidak ada yang lebih agung kedudukannya dalam hidup ini melebihi kedudukan ilmu syar’i. Hukum mempelajari ilmu syar’i adalah wajib sesuai dengan tingkatan kewajiban sesuatu yang dipelajari itu, misalnya aqidah wajib dipelajari oleh setiap orang yang telah bersyahadat. Contoh lain seorang yang memiliki banyak harta, maka dia wajib mempelajari masalah zakat, dan sebagainya.
Ada beberapa hal yang bisa kita kerjakan untuk melaksanakan program pendidikan syar’i, di antaranya :
1.      Para orangtua mengajarkan anaknya Al-Qur’an, karena rumah adalah madrasah pertama bagi seorang anak. Sembari mendidik anak, orangtua juga harus aktif dalam kajian-kajian syar’i.
2.      Setiap individu kaum muslimin harus memiliki rasa bertanggungjawab terhadap pendidikan syar’i ini, karena merekalah nantinya yang akan mengisi peradaban tersebut.
3.      Pemerintah dan Yayasan sosial sepatutnya mendirikan sekolah-sekolah yang berbasis pendidikan syar’i.
4.      Mengirim pelajar-pelajar kepada para ulama yang diakui keilmuan dan kelurusan aqidahnya.
5.      Mendatangkan ulama rabbani yang bisa memberikan solusi konkrit di Aceh.
6.      Melestarikan halaqah yang dibina langsung oleh ustadz-ustadz yang mumpuni dalam ilmu syar’i.

Solusi di atas hanyalah suatu gambaran umum, adapun aplikasinya memerlukan pengkajian yang lebih mendalam lagi.
Sebagai kesimpulan kita nyatakan bahwa pendidikan syar’i tidak akan mencapai hasil seperti yang diharapkan kecuali dilaksanakan sesuai dengan metode pendidikan Rasul. Karena hanya dengan pendidikan syar’i lah peradaban Islam kembali gemilang.

1 comments:

Jual Airsoft Gun Murah mengatakan...

Artikel yang sangat bermanfaat :D

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Masthoms16 | Macys Printable Coupons