Assalamu'alaikum, salam hangat sobatku semua, kali ini saya ingin berbagi teks pidato tingkat TPA di kampung saya, meskipun bahasanya sederhana tapi coba kita ambil hikmahnya...keep reading!
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Muqaddimah 1: Innalhamdalillah, nahmaduhu wa nasta’inuhu wa nastagfiruh, wa na’udzubillah min syururi anfusina wa min sayyiati a’malina. Man yahdillahu fala mudhilla lahu, waman yudhlilhu fala hadiya lahu.
Asyhadu alla ilaha illallah, wa asyhadu anna muhammad rasulullah.
Allahummah shalli wa sallim ‘ala nabiyina muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in. Amma ba’du:
Muqaddimah 2 : Alhamdulillahirabbil ‘alamin, ash-shalatu was-salamu ‘ala asyrafil ambiya’i wal mursalin, wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma’in. Amma ba’du:
Segala puji hanya pantas kita panjatkan bagi Allah ta’ala, Dzat yang telah menciptakan kita dan yang akan mematikan kita, Dzat yang memberi kita nikmat yang sangat banyak, udara untuk kita hirup, padi untuk kita makan, air untuk kita minum, dan masih banyak lagi.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada nabi kita, nabi Muhammad saw, serta keluarga dan para sahabatnya. Beliau sangat cinta dan sayang pada kita, umatnya, hingga di penghujung hayatnya, beliau memanggil-manggil kita dengan panggilan yang menggetarkan hati: “ummati..ummati..ummati..”, semoga kita mendapat syafaat beliau kelak di hari kiamat. AMIIN
Jama’ah yang dirahmati Allah, kami berdiri di sini dalam rangka belajar, mencoba untuk mengeluarkan sepatah dua patah kata, sambil mengulang-ulang kaji, karena pepatah mengatakan: “lancar kaji karna diulang”.
Adapun judul pidato saya pada malam ini adalah tentang KEUTAMAAN ILMU.
Jama’ah yang semoga dirahmati Allah, Sungguh kita buta dan tersesat dalam menjalankan agama ini apabila tanpa didasari dengan ilmu yang benar, sebagaimana yg Allah firmankan:
“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat”. (QS. Fathir : 19)
Saking tingginya kedudukan ilmu ini di mata Allah, maka Allah pun berjanji akan mengangkat derajat orang2 yang beriman dan berilmu, seraya berfirman :
“niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadalah : 11)
Oleh karena itu maka Imam Bukhari rahimahullah menulis dalam kitabnya SHAHIH BUKHARI sebuah Bab ILMU SEBELUM BERUCAP DAN BERAMAL, beliau mengambil dalil firman Allah SWT:
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (yang berhak disembah) kecuali Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.” (QS. Muhammad : 19)
Jama’ah yang dirahmati Allah, hidup tanpa ilmu bagaikan berjalan dalam kegelapan, sementara berilmu tanpa amalan bagaikan pohon yang tak ada buahnya, sebagaimana pepatah arab mengatakan:
Al-‘ilmu bila ‘amalin, kasyajarin bila tsamarin (ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tak berbuah)
Sesungguhnya orang yang berbiacara tentang agama ini tanpa didasari dengan ilmu akan celaka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saja masih saja berdo’a:
"Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."('Thaahaa: 114)
Kalau kita buka lembaran sejarah kita, para sahabat juga menuntut ilmu, para tabi’in juga menuntut ilmu, serta para alim ulama juga menuntut ilmu. Nah, pak bu, kita yang bukan nabi, bukan shahabat dan bukan tabi’in, kok merasa enteng aja gak menuntut ilmu, ya bu, ya pak.
Minimal, paling tidak, kita wajib belajar tentang ibadah yang fardhu ‘ain, misalnya shalat, eh kita pengen masuk surga tapi shalatnya asal-asalan, parahnya lagi bu, pak, banyak yang tidak shalat, kenapa? Karena bodoh terhadap agama ini.
Jama’ah yang dirahmati Allah, saya akan menutup pidato ini dengan sebuah kisah yang terjadi di zaman khalifah Amirul mu’minin Ummar bin al-Khaththab radhiallahu ‘anhu:
Suatu hari, ada seorang bapak yang mengadu kpd Umar ttg anaknya yang sangat bandel dan nakal, “wahai amirul mu’minin! Anak saya sangat bandel, anak saya telah durhaka, malah dia berani menamparku”.
Umar pun berkata, “kalau benar begitu, panggil anakmu kemari!”
Setelah anak itu sampai di hadapan sang Amirul mu’minin, Umar menasehatinya dengan nasehat yang sangat baik , si pemuda ini tadipun menyimak dengan seksama, ketika Umar selesai berbicara si pemuda ini mulai angkat berbicara, “wahai Umar, bolehkah saya bertanya?”
Umar menjawab, “Tentu wahai anak muda, silahkan!”
“wahai amirul mu’minin, tolong sebutkan apakah kewajiban orangtua yang harus ia tunaikan pada anaknya?”
Maka umar radhiallahu ‘anhu menjelaskan, “Oh, ada 3,
Pertama, sebelum dia menikah, dia harus mencari calon istri yang sholehah,
Kedua, Jika Allah memberi dia rizki berupa anak, dia harus menamainya dengan nama yang bagus/nama-nama islami,
Ketiga, apabila anak ini beranjak besar, maka dia wajib mengajarinya Al-Qur’an.”
Mendengar jawaban sang Amir, pemuda tadi berkata, “Wahai amirul mu’minin, sesungguhnya ayahku ini tidak menunaikan satupun dari yang engkau sebutkan, Ibu saya seorang majusi, bagaimana saya bisa mengenal Islam? Dan apakah engkau tahu siapa namaku? Dia memberiku nama Ja’ran (kotoran onta), dan yang ketiga, jangankan mengajarkan Al-Qur’an, satu huruf pun tidak pernah ia ajarkan kepadaku.”
Lantas Umar berpaling kepada sang Ayah, “ternyata bukan anakmu yang durhaka, tetapi kamulah yang durhaka kepada anakmu.”
Mari bersam-sama kita tingkatkan semangat untuk belajar, belejar dan belajar.
Mohon maaf atas segala kekurangan, terimakasih atas segala perhatian, wabillahi taufiq wal hidayah, wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.