MEMILIH TEMAN
Untuk mendapatkan kebahagiaan dalam berteman, temukan
lingkungan yang benar. Jika tidak ada, maka kewajiban kitalah mewujudkannya.
Jika belum mampu, maka berkawanlah dengan orang-orang shaleh.
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ
الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلا
تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلا تُطِعْ مَنْ
أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ
فُرُطًا
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan
orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap
keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena)
mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang
hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya
dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al Kahfi [18] : 28)
Berkawan dengan para da’I yang ikhlas di jalan Allah
swt, karena Rasul pun diperintahkan oleh Allah untuk bersabar dengan mereka.
Kita berlindung pada Allah ‘Azza wa jalla dari kelalaian
kita dalam berkawan.
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ
عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلا
يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي
لَمْ أَتَّخِذْ فُلانًا خَلِيلا
لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ
الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلإنْسَانِ خَذُولا
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang
zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku
mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku
(dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya Dia telah
menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. dan
adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.” (QS. Al Furqan [25] :
27-29)
Allah dengan tegas memerintahkan kita berkawan atau
bergabung dengan orang-orang yang benar setelah beriman dan bertakwa.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah
kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At
Taubah [9]:119)
Rasulullah SAW telah bersabda, sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim : “Sesungguhnya perumpamaan berkawan dengan orang saleh dan berkawan
dengan orang jahat adalah seperti seorang penjual minyak wangi (misk) dan
seorang peniup dapur tukang besi. Penjual minyak wangi, dia mungkin akan
memberikan kamu atau kamu akan membeli darinya atau kamu akan mendapatkan aroma
harum darinya. Tetapi peniup dapur tukang besi, mungkin dia akan membakar
pakaianmu atau kamu akan mencium bau yang tidak sedap.”
Kita berlindung pada Allah ta’ala agar dijauhkan dari
syaithan dan semoga tidak termasuk golongannya.
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ
الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
وَإِنَّهُمْ
لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran
Tuhan yang Maha Pemurah (Al Quran), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan)
Maka syaitan Itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan
Sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang
benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.” (QS. Az Zukhruf
[43]:36-37)
Kemudian, sikap kita dalam berkawan selanjutnya ialah
berpaling dari orang-orang yang lalai dan hanya mementingkan dunia. Hal ini
sesuai firman Allah :
فَأَعْرِضْ عَنْ مَنْ
تَوَلَّى عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
“Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang
yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan
duniawi.” (QS. An Najm [53]:29)
Selanjutnya, kita harus meninggalkan orang-orang yang
menjadikan agama Islam ini sebagai main-main dan senda gurau, mereka hanya
bertopeng Islam, mengimani sebagian tapi mengingkari sebagian. Kita juga harus
menjauhi orang-orang yang menolak kebenaran.
وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا
دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَذَكِّرْ بِهِ
أَنْ تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيٌّ وَلا
شَفِيعٌ وَإِنْ تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لا يُؤْخَذْ مِنْهَا أُولَئِكَ الَّذِينَ
أُبْسِلُوا بِمَا كَسَبُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا
كَانُوا يَكْفُرُونَ
“Dan tinggalkan lah orang-orang yang
menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah
ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar
masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya
sendiri. tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at selain
daripada Allah. dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya
tidak akan diterima itu daripadanya. mereka Itulah orang-orang yang dijerumuskan
ke dalam neraka. bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih
dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.” (QS. Al An’am [6]
: 70)
Mereka yang menjadikan agama main-main dan senda gurau
menyedihkan di akhirat nanti.
وَنَادَى أَصْحَابُ النَّارِ
أَصْحَابَ الْجَنَّةِ أَنْ أَفِيضُوا عَلَيْنَا مِنَ الْمَاءِ أَوْ مِمَّا
رَزَقَكُمُ اللَّهُ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى الْكَافِرِينَ
الَّذِينَ اتَّخَذُوا
دِينَهُمْ لَهْوًا وَلَعِبًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فَالْيَوْمَ
نَنْسَاهُمْ كَمَا نَسُوا لِقَاءَ يَوْمِهِمْ هَذَا وَمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا
يَجْحَدُونَ
“Dan penghuni neraka menyeru penghuni syurga:
" Limpahkanlah kepada Kami sedikit air atau makanan yang telah dirizkikan
Allah kepadamu". mereka (penghuni surga) menjawab: "Sesungguhnya
Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir, (yaitu)
orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan
kehidupan dunia telah menipu mereka." Maka pada hari (kiamat) ini, Kami
melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan Pertemuan mereka dengan hari ini,
dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat kami.” (QS. Al A’raf
[7] : 50-51)
Adapun perumpamaan mereka yang menolak kebenaran adalah
seperti anjing.
وَلَوْ شِئْنَا
لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ
فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ
يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ
الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya
Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada
dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti
anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya
Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu
agar mereka berfikir.” (QS. Al A’raf [7] : 176)
Kita tidak boleh bertoleransi dengan orang-orang seperti
itu, dengan terus kita ajak pada kebenaran. Sampai mereka kembali pada
kebenaran.
¨إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ
بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ
وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا
بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلا
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada
Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada)
Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang
sebahagian dan Kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta
bermaksud (dengan Perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang
demikian (iman atau kafir),” (QS. An Nisa’ [4]:150)
Teman, mari kita pedomani Al-Qur’an ini seutuhnya, agar
kita bisa keluar dari dzulumat menuju nur dengan izin-Nya insya Allah.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا
زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ
الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada
Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
(QS. An Nisa’ [4]:1)
Jangan sampai kita mengimani sebagian tapi mengingkari
sebagian yang lain. Karena yang benar itu benar dan yang salah itu tetap salah.
وَلا تَلْبِسُوا الْحَقَّ
بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak
dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu
mengetahui.” (QS. Al Baqarah [2] : 42)
Meskipun zaman sekarang adalah zaman fitnah, tapi
kebenaran akan selalu ada, inilah janji Allah.
Hadis riwayat Mughirah ra., ia berkata: Aku pernah
mendengar Rasulullah saw. bersabda: Suatu kaum dari umatku akan senantiasa
saling membantu membela manusia (dalam kebenaran) hingga datang hari kiamat
sedang mereka tetap saling membantu. (Shahih Muslim No.3545)
Akhirnya, kita berlindung pada Allah swt agar tidak
menjadi pemecah belah agama. Ikutilah kebenaran dengan ilmu, karena kebenaran
itu cahaya. Jangan bertaqlid pada kelompok.
مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا
دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
“Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama
mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. tiap-tiap golongan merasa bangga
dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS. Ar Rum [30] : 32)
“Ilmu itu cahaya Allah, tidak akan diberikan pada
pemaksiat, karena maksiat dapat memadamkan cahaya”